Monday 27 May 2019

Review K-Drama "Beautiful World"



I'm Back!! Nuna Is Back! Setelah berbulan-bulan gue ngeluh karena ngga ada drakor seru yang bisa gue ikutin setiap minggunya, yang bikin idup gue gabut aja kalo di kosan. Finally! JTBC menjawab semua keluhan gue (o.o).

Drama korea ini berjudul "Beautiful World" tayang setiap weekend, berjumlah 16 episode, dan baru saja berakhir minggu 26 Mei kemarin, jadi bagi kalian-kalian yang maunya nonton drakor kalo udah kelar aja, drama ini sudah bisa kalian nikmati.

Menggaet Si tampan manis dedek gemas kesayangan kita semua, Nam Da Reum, drama ini sukses memikat gue dari awal episode (WOW!). Pemain lainnya ada Kim Hwan Hee, Choo Ja Hyun, dan Park Hee Soon yang digaet juga sebagai pemain utama.



Sebenarnya, selain Nam Da Reum gue ngga kenal dengan ketiga pemain utama lainnya wkwkwk, karena setelah gue browsing, Choo Ja Hyun ini aktif di drama sekitar sebelum tahun 2010an, dan baru aktif lagi tahun ini, berati kan dia aktif berlalu lalang di dunia perdrama koreaan pas gue belum kenal Lee Min Ho, jadi wajar kalo gue baru pertama liat dia di drama. Park Hee Soon juga sama, bahkan kebanyakan main film dibanding dengan drama. Sedangkan Kim Hwan Hee ini dulunya aktris cilik, mungkin sebenernya gue udah pernah liat dia di drama, cuman ngga ngeuh aja.





Di drama ini, semua pemain aktingnya ngga ada yang ngga bagus, dari pemain utama sampai ke cameonya, semuanya bagus banget aktingnya. Yang baik bikin lumer karena kebaikan hatinya, yang jahat bikin pengen nonjok mukanya. Karena menurut gue sih emang sebagus itu.

Tema drama ini sendiri ngga begitu mainstream-mainstream amat sih, it's about bullying, yang menurut gue tema ini udah sering banget diangkat untuk dijadikan tema sebuah drama. Jaman dulu ada school 2013 dan school 2015 yang mengangkat tema bullying juga. Tapi ngga tau kenapa di drama ini gue dibikin kayak menunggu-nunggu setiap episodenya gitu. Dan nunggu dari weekend ke weekend itu gilaaaaaak berasa banget lamanya cuuuyyy!

Gue ampe berpikir, apakah bullying di sana sebegitunya? Atau ini cuman drama semata? Well, gue ngga tau sih karena gue selain bukan ke Korea, gue juga belum pernah tinggal di Korea, boro-boro tinggal di sana, ke Koreanya aja gue belum pernah (ciyeee curhaat) HAHAHA.

And again! apa sih yang bisa kalian ambil hikmahnya dari nonton drakor tuh? eh gimana yah bahasanya? maknanya? apasih? Anyway, pokoknya di drama ini gue jadi belajar perjuangan orang tua demi anak dan pendidikan yang orang tua kasih di rumah itu amat sangat penting, tanggung jawab seorang guru, dan banyak lagi. Pokoknya ini drama totally recommended!!

cr: pinterest/Namdareum

Berhubung gue lagi belajar nulis review drama or movie without spoiler, jadi gue cuman bisa nulis segini, mungkin di review-review drama yang lain gue bisa lebih mengeksplor lagi apa aja yang harus gue tulis ketika review drama atau film tanpa harus spoiler. So, I hope you enjoy my review and don't forget to watch the drama. Selamat menunaikan ibadah puasa chingu-chingukuuu.


Sunday 5 May 2019

26 Me

Dulu pas kelas 1 SMK ada namanya pelajaran BP, Budi Pekerti, dan ada pada suatu pertemuan kami diberi tugas untuk membuat peta kehidupan. Jadi di selembar kertas hvs, kita bikin kotak-kotak gitu terus diberi nomer yang artinya itu umur kita. Dan di kotak tersebut kita harus menuliskan target-target apa saja yang ingin kita capai di umur tersebut.



Aku inget banget ketika beberapa temanku bilang ingin nikah muda, aku menargetkan menikah di umur 26. Menurutku 26 itu umur yang pas, tidak terlalu tua dan sudah melewati batas muda(?). Iya kan? Iya nggak sih? Udah melebihi seperempat abad kan? Berati udah ngga begitu muda, bukan begitu? OMG! Thats Sad!!

Anyway, kalo dilihat dari peta kehidupan yang pernah dibuat oleh aku versi 15 tahun, idealnya tahun ini  aku menikah wkwkwk. Tapi...... mari saya curahkan di sini.

First of all, nikah itu ngga bisa sendiri, harus sama pasangan kan? Lah pasangan yang cocok juga gue belum nemu wkwkwk. Ada sih cocok, ganteng, baik, personalitynya ok, pandangan politiknya ngga alay, eh baru sadar gue terlalu halu, ternyata dia Chris Evans zzzz. Ada lagi cocok personalitynya, eh virtualan doang mana beda agama hemmm... oiya adalagi cocok, sesuai hati nurani banget deh ini mah, selalu ada baik suka maupun duka, eh cuman henpon, ya kali gue nikah sama henpon woy!!



Kedua, nikah butuh modal, kesiapan materi dan mental itu penting. Harus punya tabungan untuk hajatan kan? Ya walaupun nanti hajatannya ngga gede-gedean, tetap harus punya tabungan dong? Untuk kesiapan materi sejujurnya aku belum menyiapkan sama sekali. Buat bayaran kuliah aja masih empot-empotan (?). Belum lagi biaya yang diperlukan setelah menikah, rumah, kendaraan, biaya untuk pendidikan anak. Geez! i'm not ready yet! hehe

Sekarang biarkan aku membahas tentang kesiapan mental. Sebelumnya menikah itu apa sih? Bukan cuman hidup bareng dan punya anak aja kan? Banyak banget yang harus dipersiapkan. Ini sih menurut pemikiran aku aja yang emang belum siap nikah nih yah hehe, kaya kita harus siap berbagi tempat tidur (wow!), selalu jujur dan percaya dengan pasangan, sementara gue kalo nitip makan dan dibilang tukang dagangnya tutup aja masih suka nggak percaya wkwkwk, dan yang paling penting dari yang terpenting, kita harus mengurang ego kita agar nggak bentrok sama pasangan, right? sementara gue sama adik dan keponakan sendiri aja masih sering berantem gara-gara rebutan remot TV HAHAHA.

Sementara masih banyak orang yang bilang "jangan terlalu pemilih lah, nanti ngga dapet-dapet" atau "mending coba aja dulu sama yang ada". EXCUSE MEEEEE gue mau beli baju aja milihnya lama terus masa milih jodoh harus cepat-cepat? I know i'm so picky when it come about life partner, tapi ya itu kan buat kehidupan jangka panjang wajar dong kalo aku pemilih?

Kenapa aku menceritakan ini dengan sangat menggebu-gebu? Karena issue 'nikah' di umur 20-25 bagi cewek di Indonesia khususnya di tempat aku tinggal, kayak semacam prestasi? Atau pencapaian? Ya.. something like that, kayak someone yang udah nikah are cooler than anyone yang masih jomlo.

Wich mean menurut pendapat aku pribadi, nikah itu bukan pencapaian tapi suatu kesiapan. Aku, walaupun udah 26 tahun, tapi belum siap nikah, ya kenapa harus dipaksakan? Aku masih bisa bahagia meski sendiri. I'll always put myself in the first place, jadi selama aku masih baik-baik saja dengan diriku sendiri, kenapa harus dipaksakan dengan harus mencari seseorang tapi malah bikin beban, kan? Hehehe. Jadi bisakah teman-teman sekalian mengurangi pertanyaan-pertanyaan seperti itu? Thanks.

Quarter life crysis juga sudah mulai berkurang di umur 26 ini. Alhamdulillah. Walaupun aku sendiri merasa aku mulai agak apatis tentang semua hal yang tidak menguntungkan, tapi aku masih belajar untuk tetap mindfulnes, meski emosi masih sering meledak-ledak, at least i'm learning hehe.


Dear the other part of me,Semoga di tahun ini aku semakin bisa mencintai diri sendiri dan mulai belajar mencintai orang lain, mulai serius belajar memanage financial dan emosi. Altough you've work hard and you did well... i love you ♡♡♡